Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mencetak Insan Kamil Lewat Dasa Dharma Pramuka

Mencetak Insan Kamil Lewat Dasa Dharma Pramuka

mencetak insan kamil lewat dasa dharma pramuka

Pramuka, Falsafah Hidup Paling Tinggi.

Seperti yang saya sampaikan di awal tentang Dasa Dharma. Arti Dasa Dharma sendiri adalah sepuluh kebajikan yang jika dilaksanakan semua maka kebajikan dunia dan akhirat bisa didapatkan.
Yuk inget-inget lagi bunyi Dasa Dharma. Dasa Dharma Pramuka, Pramuka itu:
  1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia.
  3. Patriot yang sopan dan kesatria.
  4. Patuh dan suka bermusyawarah.
  5. Rela menolong dan tabah.
  6. Rajin, terampil dan gembira.
  7. Hemat, cermat dan bersahaja.
  8. Disiplin, berani dan setia.
  9. Bertanggungjawab dan dapat dipercaya.
  10. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.
Nah sekarang kita kupas satu perasatu ajaran Dasa Dharma hubungannya dengan membentuk manusia berkarakter dan insan kamil.

Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

Seorang anggota Pramuka dituntut untuk selalu dekat dengan Tuhannya. Mengamalkan kebaikan dan menjauhi keburukan atas dasar ikhlas dan ketaqwaan pada Allah swt.
Allah swt berfirman dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 102:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Menurut saya ayat ini merupakan satu-satunya ayat yang memerintahkan manusia untuk bertaqwa secara mutlak hingga ajal menjelang. Sejalan dengan pembentukan insan kamil yang harus berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.

Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia

Pramuka tidak akan merusak lingkungan dengan buang sampah sembarangan, menebang pohon di hutan lindung dan lain sebagainya. Surat Ar Ruum ayat 41 ini sangat pas dengan falsafah Dasa Dharma yang kedua ini yaitu:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Kalo ayat ini berhubungan dengan kasih sayang sesama manusia. Surat Al Hujurat ayat 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَنَ
Artinya:
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.”
Seorang Pramuka mesti menjaga tali peraudaraan dengan anggota yang lain. Wajar saja jika panggilan kepada senior mereka adalah ‘kakak‘.

Patriot yang Sopan dan Kesatria

Arti patriot dalam KBBI adalah pecinta atau pembela tanah air. Mungkin maksudnya adalah bahwa Pramuka harus mencintai tanah airnya dengan sikap yang sopan (baca: beradab). Sedangkan arti kesatria adalah orang yang gagah berani atau pemberani.
Kesimpulan saya, Pramuka harus mencintai tanah airnya serta gagah berani membela tanah air dengan jiwa yang beradab. Kita hubungkan lagi dengan ayat Al Quran berikut:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.(Q.S. Ibrahiim: 35)
Ayat di atas hanya contoh sangat kecil kewajiban rakyat dalam mencintai bangsa dan negaranya.

Patuh dan Suka Bermusyawarah

Jika konteks patuh dalam Dasa Dharma adalah kepatuhan terhadap pemimpin dalam pengertian umum, Allah swt berfirman dalam Surat An Nisaa ayat 49:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasulnya  dan ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah dan rasulnya, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih baik akibatnya.”
Dari berbagai sumber yang penulis dapatkan, ada perbedaan kepatuhan Antara patuh kepada Allah serta RasulNya dan kepatuhan terhadap ulil amri (baca: pemimpin bangsa).
Kepatuhan kepada Allah beserta RasulNya bersifat absolut, mesti, mau tidak mau harus patuh. Sedangkan kepatuhan pada pemimpin hanya berlaku kepada pemimpin yang beriman dan tidak fasik atau bahkan dzalim.
Sebagaimana ajaran Islam yang harus mengedepankan musyawarah saat terjadi perbedaan pendapat atau perselisihan. Allah swt berfirman.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (Q.S. Ali Imran: 159)

Rela Menolong dan Tabah

Tak pantas jadi seorang Pramuka hingga tingkat Bantara (koreksi kalau salah) jika sulit mengikhlaskan diri menolong orang lain. Firman Allah dalam Surat Al Maidah ayat 2 yang berbunyi:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَاتَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Pramuka mencetak generasi mandiri karena dididik untuk ‘jauh’ dari orangtua. Maka dari itu gambaran kemandirian seseorang bisa dilihat dari ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi masalah atau musibah. Allah swt berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Baqarah: 155)
Rajin, Terampil dan Gembira
Ayat Al Quran ini bisa jadi pelecut semua umat, tidak hanya Pramuka untuk selalu giat dan rajin.
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَىٰ
Artinya:
“…dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,…” (Q.S. An Najm: 39)
Semangat dalam Dasa Dharma ini adalah optimisme, kepercayaan diri, dan gairah untuk mulai melakukan kebaikan dan melanjutkan kebaikan sebelumnya. Allah telah memotivasi kita dalam Al Quran Surat Al Insyirah ayat 5-6.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا. إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Artinya:
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Hemat, Cermat dan Bersahaja

Dasa Dharma ke tujuh ini sangat-sangat filosofis sekali. Jika kamu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan selalu merasa bahagia. Allah swt berfirman:
يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُوا۟ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ
Artinya:
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. Al A’raf: 31)
Allah juga telah memperingatkan manusia untuk hidup bersahaja (baca: sederhana). Firman Allah dalam Surat At Takaatsur ayat 1-3.
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ. حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ. كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ
Artinya:
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),…”

Disiplin, Berani dan Setia

Kenapa kita harus disiplin dalam segala kebajikan dan ketaqwaan? Allah berfirman:
أَلَا إِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ قَدْ يَعْلَمُ مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ وَيَوْمَ يُرْجَعُونَ إِلَيْهِ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Artinya:
“Ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya (sekarang). Dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha mengehui segala sesuatu.” (Q.S. An Nur: 64)
Sedangkan untuk setia secara garis besar, saya menemukan hadits Rasulullah saw.
عن أبي همزة أنس بن مالك رضي الله عنه – خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم – عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه ” رواه البخاري ومسلم
Artinya:
“Dari Abu Hamzah Anas Bin Malik Rodhiyallahu ‘anhu pembantu Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dari Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: ” Tidak sempurna Iman seseorang sehingga ia mencintai saudaanya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Al-Bukhori dan Muslim)

Bertanggungjawab dan Dapat Dipercaya

Aplikasi tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari gampang-gampang susah. Gampang ngomongnya susah melakukannya. Allah berfirman dalam Surat Al An’am ayat 164.
وَلَا تَكْسِبُ كُلُّ نَفْسٍ إِلَّا عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى
Artinya:
“Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”
Sedangkan dapat dipercaya merupakan akibat dari sifat jujur dalam menyampaikan kebenaran dan amanah. Orang akan percaya pada ‘omongan‘ kita jika memang benar kita mengetahuinya. Allah berfirman dalam Surat Al Ahzab ayat 70-71.
يـاَيـُّهَا الَّذِيـْنَ امَنُوا اتَّـقُوا اللهَ وَ قُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيـْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَ يَغْفِرْلَكُمْ ذُنـُوْبَكُمْ، وَ مَنْ يُّـطِعِ اللهَ وَ رَسُوْلَه فَـقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”

Suci Dalam Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan

Penulis agak sulit menangkap inti Dasa Dharma terakhir ini meski secara tersurat sudah cukup jelas. Berusaha menghubungkan suci dalam pikiran dengan Surat Al Hujarat ayat 12 berikut.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلا تَجَسَّسُوا وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.”
Sedangkan untuk suci dalam perkataan penulis coba menghubungkannya dengan Surat Al Ahzab ayat 58.
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
Artinya:
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesunguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.”
Dan untuk suci dalam perbuatan sepertinya sangat pas dengan ayat berikut.
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآَخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
Artinya:
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.”
Nah itu dia alasan paling logis kenapa Pramuka adalah kegiatan ekatrakulikuler yang paling baik dibanding yang lain.
Pramuka atau bukan, jika bisa mengamalkan semua falsafah Dasa Dharma pasti akan menjadi insan kamil. Manusia sempurna yang beriman bertaqwa serta dipenuhi ihsan (baca: kebaikan) dalam kehidupannya meskipun kesempurnaan hanya milik Allah swt.
Sumber  : http://idnations.com/

Share manfaat adalah dakwah!

Post a Comment for "Mencetak Insan Kamil Lewat Dasa Dharma Pramuka"